IBX5A43DB1EB40C4

Entri yang Diunggulkan

Politeknik APP Jakarta

Politeknik APP Jakarta (dahulu Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta ) adalah pendidikan tinggi yang berada dalam pengelolaan Pusat Pen...

Sabtu, 19 Desember 2015

INDUSTRI LOGISTIK : Indonesia di level "BAWAH."


Di saat setiap negara tidak dapat melarikan diri dari tuntutan untuk membuka pasarnya, perhatian terhadap industri logistik internasional semakin meningkat. Manusia semakin menyadari pentingnya peran industri logistik global karena  dapat menunjang arus perdagangan  lintas batas.
Bahkan, industri logistik global, sangat berperan  dalam perencanaan, pengontrolan, dan pengaturan pergerakan serta pasok  barang, jasa dan informasi lintas batas antartnegara. Mulai dari tingkat penyedia bahan mentah hingga ke konsumen. Logistik global juga mencakup pengaturan barang-barang kembalian dan kontainer.
Menurut David J. Closs, profesor dari Michigan State University, ada banyak manfaat yang dapat diperoleh perusahaan apabila industri logistik internasional berjalan dengan baik. Selain biaya pengadaan yang relatif lebih rendah, keuntungan lain yang dapat diraih adalah pangsa pasar yang lebih besar serta skala perekonomian dapat ditingkatkan.
Untuk dapat merasakan manfaat tersebut, perusahaan yang bergerak dalam bidang strategi pemasaran global wajib menekankan pada global sourcing. Selain  mempertimbangkan rantai suplai.
Semakin panjang rantai suplai, semakin banyak juga kooperasi dan koordinasi yang dibutuhkan seperti antara bagian produksi, pemasaran, pembelian dan kelompok pengelola logistik. “Memusatkan produksi global pada titik-titik yang terbatas akan menurunkan biaya barang per unit, dan secara serentak mengurangai basis aset perusahaan,” jelas Closs.
Menurut studi tentang manajemen rantai suplai global dari Southern Illinois University Edwardsville, pada dasarnya terdapat 4 macam tantangan yang dihadapi oleh industri logistik global saat ini. Tantangan-tantangan tersebut antara lain semakin tingginya tingkat permintaan, semakin jauhnya jarak, semakin meluasnya keperluan dokumentasi, dan perbedaan budaya tiap-tiap negara.
James F. Robeson—dalam bukunya yang berjudul “The  Logistics Handbook”— menawarkan panduan untuk membangun strategi logistik global. Menurutnya, perencanaan logistik harus diintegrasikan ke dalam sistem strategi suatu perusahaan. Departemen logistik, lanjutnya, harus dibekali dengan visi yang jelas dan harus memperhitungkan pengeluaran secara berkala.
Selain itu, Robeson mengatakan pengelola ekspor-impor harus memastikan setiap elemen rantai suplai logistik terintegrasi dalam satu manajemen, mulai dari tahap asal  hingga ke tempat tujuan. Kesempatan untuk mengintegrasikan operasi domestik dan internasional juga harus didapatkan guna mendongkrak volume total suatu perusahaan.
TANTANGAN INDONESIA
Di saat target integrasi logistik ASEAN  sudah harus dapat terpenuhi pada 2013, performa industri logistik Indonesia dinilai masih berada di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya. Padahal, Bank Dunia mencatat Ideks Performa Logistik (Logistics Performance Index/LPI) Indonesia mengalami peningkatan dari posisi 75 pada 2010 ke posisi 59 pada 2012.
Carmelita Hartoto, Ketua Indonesian National Shipoweners Asscociation (INSA) membenarkan adanya peningkatan peringkat LPI Indonesia berdasarkan Bank Dunia. “Namun, ada beberapa catatan dalam kenaikan peringkat tersebut. Sebenarnya, yang mendorong kenaikan tersebut adalah perusahaan-perusahaan logistik dan transportasi yang didominasi oleh swasta,” ujar Carmelita.
Data Bank Dunia itu sudah cukup menjelaskan bagaimana kiprah perusahaan logistik swasta dalam menciptakan daya saing logistik Indonesia yang lebih efisien. Namun, menurut Carmelita, data tersebut tidak ditelaah secara utuh sehingga kontribusi pihak swasta cenderung disepelekan, bahkan beberapa pihak menolak untuk menerima masukan dari swasta.
“Sekarang kita dihadapkan pada kenyataan di mana sektor logistik harus bertempur dengan pihak asing, dan konglomerasi perusahaan dari negara-negara yang terkait dengan transportasi dan logistik,” lanjutnya. Kedua hal tersebut dapat mengancam nasib perusahaan logistik swasta di Indonesia.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah harus turun tangan dengan tidak membiarkan para pelaku logistik swasta gulung tikar. Selain itu, proyek percepatan infrastruktur harus digenjot, serta tingginya tarif antarpelabuhan harus diturunkan.
Saat ini, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan instruksi presiden (Inpres) yang mengatur tentang penurunan biaya logistik sembari menjalankan proses Sistem Logistik Nasional (Sislognas). “Inpres ini sangat penting mengingat waktu kita menuju 2015 semakin dekat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar