Di saat setiap negara tidak dapat melarikan diri dari tuntutan
untuk membuka pasarnya, perhatian terhadap industri logistik internasional
semakin meningkat. Manusia semakin menyadari pentingnya peran industri logistik
global karena dapat menunjang arus perdagangan lintas batas.
Bahkan, industri
logistik global, sangat berperan dalam perencanaan, pengontrolan, dan
pengaturan pergerakan serta pasok barang, jasa dan informasi lintas batas
antartnegara. Mulai dari tingkat penyedia bahan mentah hingga ke konsumen.
Logistik global juga mencakup pengaturan barang-barang kembalian dan kontainer.
Menurut David J. Closs,
profesor dari Michigan State University, ada banyak manfaat yang dapat
diperoleh perusahaan apabila industri logistik internasional berjalan dengan
baik. Selain biaya pengadaan yang relatif lebih rendah, keuntungan lain yang
dapat diraih adalah pangsa pasar yang lebih besar serta skala perekonomian
dapat ditingkatkan.
Untuk dapat merasakan
manfaat tersebut, perusahaan yang bergerak dalam bidang strategi pemasaran
global wajib menekankan pada global
sourcing. Selain mempertimbangkan rantai suplai.
Semakin panjang rantai
suplai, semakin banyak juga kooperasi dan koordinasi yang dibutuhkan seperti
antara bagian produksi, pemasaran, pembelian dan kelompok pengelola logistik.
“Memusatkan produksi global pada titik-titik yang terbatas akan menurunkan biaya
barang per unit, dan secara serentak mengurangai basis aset perusahaan,” jelas
Closs.
Menurut studi tentang
manajemen rantai suplai global dari Southern Illinois University Edwardsville,
pada dasarnya terdapat 4 macam tantangan yang dihadapi oleh industri logistik
global saat ini. Tantangan-tantangan tersebut antara lain semakin tingginya
tingkat permintaan, semakin jauhnya jarak, semakin meluasnya keperluan
dokumentasi, dan perbedaan budaya tiap-tiap negara.
James F. Robeson—dalam
bukunya yang berjudul “The Logistics Handbook”— menawarkan panduan untuk
membangun strategi logistik global. Menurutnya, perencanaan logistik harus
diintegrasikan ke dalam sistem strategi suatu perusahaan. Departemen logistik,
lanjutnya, harus dibekali dengan visi yang jelas dan harus memperhitungkan
pengeluaran secara berkala.
Selain itu, Robeson
mengatakan pengelola ekspor-impor harus memastikan setiap elemen rantai suplai
logistik terintegrasi dalam satu manajemen, mulai dari tahap asal hingga
ke tempat tujuan. Kesempatan untuk mengintegrasikan operasi domestik dan
internasional juga harus didapatkan guna mendongkrak volume total suatu
perusahaan.
TANTANGAN INDONESIA
Di saat target integrasi
logistik ASEAN sudah harus dapat terpenuhi pada 2013, performa industri
logistik Indonesia dinilai masih berada di bawah negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Padahal, Bank Dunia mencatat Ideks Performa Logistik (Logistics
Performance Index/LPI) Indonesia mengalami peningkatan dari posisi
75 pada 2010 ke posisi 59 pada 2012.
Carmelita Hartoto, Ketua
Indonesian National Shipoweners Asscociation (INSA) membenarkan adanya
peningkatan peringkat LPI Indonesia berdasarkan Bank Dunia. “Namun, ada
beberapa catatan dalam kenaikan peringkat tersebut. Sebenarnya, yang mendorong
kenaikan tersebut adalah perusahaan-perusahaan logistik dan transportasi yang
didominasi oleh swasta,” ujar Carmelita.
Data Bank Dunia itu
sudah cukup menjelaskan bagaimana kiprah perusahaan logistik swasta dalam
menciptakan daya saing logistik Indonesia yang lebih efisien. Namun, menurut
Carmelita, data tersebut tidak ditelaah secara utuh sehingga kontribusi pihak
swasta cenderung disepelekan, bahkan beberapa pihak menolak untuk menerima
masukan dari swasta.
“Sekarang kita
dihadapkan pada kenyataan di mana sektor logistik harus bertempur dengan pihak
asing, dan konglomerasi perusahaan dari negara-negara yang terkait dengan
transportasi dan logistik,” lanjutnya. Kedua hal tersebut dapat mengancam nasib
perusahaan logistik swasta di Indonesia.
Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, pemerintah harus turun tangan dengan tidak membiarkan
para pelaku logistik swasta gulung tikar. Selain itu, proyek percepatan
infrastruktur harus digenjot, serta tingginya tarif antarpelabuhan harus
diturunkan.
Saat ini, Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) mengusulkan agar pemerintah mengeluarkan instruksi
presiden (Inpres) yang mengatur tentang penurunan biaya logistik sembari
menjalankan proses Sistem Logistik Nasional (Sislognas). “Inpres ini sangat
penting mengingat waktu kita menuju 2015 semakin dekat