MAHASISWA MASA KINI
Oleh
: Anan Abdul Azis
Arus perkembangan zaman dan globalisasi ternyata tak mampu
dibendung oleh sebagian mahasiswa. Zaman dan globalisasi telah menggerus
semangat perjuangan dan idealisme yangselama ini di sematkan kepada para
mahasiswa. Rakyat sekarang tak begitu simpatik dengan mahasiswa padahal jika
kita mengenang dulu bagaimana mahasiswa bersama rakyat merebut demokrasi dan
menurunkan orde baru. Tridharma perduruan tinggi yang ke tiga yaitu pengabdian
kepada masyarakat takbegitu tersentuh.
Mahasiswa cenderung
apatis dan mementingkan diri sendiri serta berhura hura menikmati masa mudanya.
Tak jarang bergerak
hanya bila ada untungnya.
Kondisi seperti
ini sungguh sangat memprihatinkan dimana mahasiswa yang seharunya menjadi pilar
penting dalam mengisi kemerdekaan dan menyongsong ke depan justru bersikap
apatis, hedonis dan pragmatis. Idealisme yang diusung dimasa lampau hanya menjadi
mitos dan dongen bagi mahasiswa baru.
Mahasiswa Apatis
Apatis artinya tidak
peduli atau masa bodoh. Mahasiswa yang apatis berarti mahasiswa yang tidak
peduli atau tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar, terhadap
kondisi bangsannya dan bersikap masa bodoh serta tidak peduli.
Sikap seperti inikah
yang dimliki mahasiswa ?. Mahasiswa apabila didefinisikan sebagai kaum
intelektual muda tentunya saat ini akan banyak pertanyaan yang
mempertanyakanya. Kenapa?
sebab lebel sebagai
intelektual muda seakan tidak terlihat dalam diri para mahasiswa saat ini,
khususnya dalam hal-hal aspek kemasyarakatan seperti sosial, politik, agama dan
budaya.
Dimana mahasiswa
yang sering diidentikkan dengan sebutan agent of change dan iron stock atau
yang lainnya yang selalu ada digarda terdepandengan gerakan-gerakan massif dan
progressifnya ternyata bersikap apatis (tidak mau tahu).
Sikap apatis mahasiswa
dalam melihat kondisi sekitarnya secara fakta dan realita yang menyangkut masa
depan bangsa dan negeri ini serta keberadaan orang banyakpun sudah merajalela
tertanam dalam diri mahasiswa hari ini. Sungguh tragis, kepekaan dan sikap
kritis yang seharusnya menjadi life style, mind style dan paradigma idealis
para mahasiswa dalam berfikir kini malah justru dilupakan bahkan
ditinggalkan.
Jiwa reformis dan
revolusioner seakan menghilang dalam sanubari hati nurani mahasiswa sebagai
kaum intelektual muda yang akan menjadi iron stock (cadangan dimasa depan) baik
berupa ide dan konsep pemikirannya, kontribusi dan kerja-kerja nyatanya.
Mahasiswa Hedonis
Adapun perilaku hedonis
dengan budaya konsumerisme yang sering dilakukan para mahasiswa dengan
mengatasnamakan modernitas dan life style seakan-akan menyempurnakan sikap dan
kondisi mahasiswa hari ini yaitu apatis dan hedonis sehingga menghasilkan
sifat-sifat personal yang kerdil yaitu individualistik apatis-hedonislife
style.
Mementingkan diri
sendiri tidak peduli dengan keadaan yang ada, kondisi sekitar juga orang lain,
miskin ide,mudah frustasi, bertingkah laku bodoh dan semaunya. Itulah sifat dan
sikap yang terlihat dalam diri mahasiswa hari ini.
Mahasiswa Pragmatis
Sosok pragmatis
cenderung mengutamakan segi praktis dan instan. Baik buruknya sesuatu
ditentukan dengan kebermanfaatannya, baik bila menghasilkan keuntungan yang
besar dan buruk bila merugikan.
Seorang pragmatis
cenderung bersifat "profit hunter" dan mengabaikan proses untuk
mendapatkan profit tersebut. Bahkan dalam prosesnya terkadang menabrak
norma-norma yang telah ada. Mahasiswa sekarang ini cenderung melakukan hal itu
mulai dari dalam perkuliahan maupun diluar perkuliahan. Dimana tak jarang
mahasiswa yang katanya aktivis pun dalam kegiatanya diboncengi oleh
kepentingan-kepentingan politik praktis maupun kepada kepentingan borjuis
tertentu demi keuntungan pragmatis yang hal ini tentunya memandulkan
independensi mahasiswa.
Reorientasi Pola Pikir Mahasiswa Masa Kini
Sejatinya kita perlu
reorientasi arah gerak dan perjuangan mahasiswa. Dengan sejenak mengabaikan
sejarah, kita berlu turun ke titik nadi untuk berkontemplasi dengan waktu dan
diri kita mengkritisi sendiri jalan panjang perjuangan yang telah mahasiswa
rintis di negeri ini. Penting bagi kita memahami,saatnya kita bangkit dan
bersatu. Dengan berbagai macam identitas kita yang perlu kita tampilkan cuma
satu: MAHASISWA INDONESIA. Yang bersatu, teguh dan berintelektual.
Hilangkan perbedaan
kalau persamaan adalah kekuatan kita. Hilangkan persamaan kalau kita bisa
menerima perbedaan sebagai jalan keluar terbaik untuk bersatu. Keduanya
merupakan pilihan jitu bagi pengembangan kehidupan berbangsadan bagi masyarakat
agar tidak perlu jauh-jauh dari kata ’sejahtera’.
Poros cakrawala bangsa
bernama mahasiswa itu kini kian rapuh. Namun sungguh tidak layak menggunakan
logika generalisasi dalam memandang mereka. Masih ada segelintir mahasiswa yang
masih teguh dalam mencengkeram idealismenya.
Mereka sadar bahwa
integritas adalah hampa tanpa integrasi, sehingga berusaha untuk memenuhi
kewajiban dan kebutuhan di segala aspek lini kehidupan pribadi, bermasyarakat
dan bernegara secara seimbang dan terpadu.
Mereka sadar akan
eksistensi dirinya bukan untuk mendapat kedudukan, materi, popularitas dan
egomania atas kesuksesan pribadi, sehingga berusaha mencapai segala cita-cita
pribadinya namun tetap kontributif bagi kebangkitan negerinya. Mereka giat
mengikuti pembelajaran akademis, namun juga getol mengikuti kegiatan-kegiatan
organisasi; menghidupkan organisasi kemahasiswaan dengan kegiatan-kegiatan
didaktis-progresif, sehingga organisasi mereka bukan sekedar sebagai event
organizer; sadar bahwa lingkungan mereka bukan hanya dunia kampus, namun bumi
Indonesia, sehingga peduli dengan wacana nasional yang berhubungan dengan
kerakyatan namun tetap independen; tahu persis kapan harus mengkaji wacana,
kapan harus melakukan branstorming dan kapan harus turun ke jalan; tidak
terkekang oleh arus deras yang cenderung dimanipulasi oleh anasir kepentingan
pragmatis dan dipenuhi kendali konspirasi, namun justru menentukan arah arus
dan merekayasanya demi perubahan ke arah kebaikan.
Sayangnya,
mahasiswa model ini sudah sangat langka di hamparan Indonesia.
Untuk itu sangatlah
penting dan diperlukanya reorientasi pemikiran mahasiswa. Memang seperti
terlambat tapi apa salahnya kita lakukan dari pada tidak melakukan apa apa.
Kita yang masih mengaku sebagai mahasiswa idealisnan kritis serta peduli
terhadap bangsa dan negara hendaklah menurunkan apa yang kita yakini kepada
junior kita.
Dengan harapan merekalah
yang akan mewarisi semangat mahasiswa sebagai regenerasi angkatan 98 yang sangat
heroik.Untuk itu penting adanya peranandan fungsi dari OSPEK yang merupakan
jembatan dan gerbang untuk mengenal dunia kampus.
OSPEK bukanlah sebuah
kegiatan perploncoan, melainkan sebuah kegiatan pengenalan kepada mahasiswa
baru tentang bagaimana kehidupan kampus dan memperkenalkan dan menanamkan nilai
bagaimana fungsi mahasiswa terhadap negara, bangsa dan masyarakat.Tentunya
orientasi pemikiran dan pergerakan mahasiswa sekarang berbeda dengan dulu.
Mahasiswa tak perlu lagi berjuang melawan penjajah atau menurunkan rezim
tertentu, tetapi mahasiswa saat ini menjadi elemen penting dalam pembagunan
bangsa.
Sebagai sosial
kontrol kepada pemerintah yang berkuasa serta sebagai agen perubahan yang
memiliki inofasi serta gagasan besar dalam membangun bangsa dan negara.
Tidak lupa fungsinya
sebagai pengawal masyarakat yang merupakan tri dharma perguruan tinggi yang ke3
pengabdian kepada masyarakat.
Kelak ilmu yang didapat
sewaktu perkuliahan dapat berguna bagi masyarakat.
Oleh karenanya paling
tidak dalam OSPEK mencakup beberapa aspek penanaman nilai kepada mahasiswa baru
diantaranya :
1. Kepemimpinan
Dimana penting dalam
menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri seseorang dalam hal ini mahasiswa yang
kelak diproyeksikan akan menjadi pemimpin dimasa yang akan datang.
2. Idealisme
Sangat penting bagaimana
mahasiswa harus memiliki idealitas yang tangguh dan tidak mudah terpengaruh
terhadap berbagai hal negatif. Dimana mahasiswa harus membela apa yang
dianggapnya merupakan sebuah kebenaran dan menentang apa yang dianggapnya
sebuah ketidakadilan.
3. Kritis
Mahasiswa selalu
dituntut untuk menjadi pribadi yang kritis dalam menyikapi berbagai hal
termasuk berbagai isu yang ada didalalam masyarakat. Kritis dalam mencari
sebuah kebenaran dan kritis dalam menyikapi ketidakadilan.
4. Kepekaan Sosial
Mahasiswa dituntut
memiliki kepekaan sosial dimana mahasiswa mengemban amanah dari rakyat sebagai
kaum intelektual yang diharapkan akan membawa perubahan besar terhadap bangsa
dan negara dengan harapan akan menjadiakan negara ini makmur dan
sejahtera.
Mahasiswa memiliki
kodrat hubungan yang erat dengan masyarakat sehingga diharapkan dapat berpihak
kepada rakyat dan membela kepentingan rakyat sebagai mana tri dharma perguruan
tinggi yang ke tiga pengabdian kepada masyarakat.
Setidaknya itulah yang
harus ditanamkan kepada mahasiswa agar perannya sebagai agent of change, agent
of social control, iron stock serta berbagai peranan lain tetap ada dalam diri mahasiswa
sekarang.
Harapanya semangat
heroik mahasiswa terdahulu dapat terus mengalir dalam regenerasi mahasiwa dari
masa ke masa sehingga mahasiswa akan terus menjadi simbol perubahan yang lebih
baik. Kedepan dapat kita lihat sejarah akan teretak kembali oleh para mahasiswa
dalam konteks yang berbeda bukan lagi dalam menurunkan rezim tetapi dalam
sebuah prestasi untuk membangun negeri sesuai dengan potensi dan kemampuan
masing-masing.
#HIDUPMAHASISWA