IBX5A43DB1EB40C4

Entri yang Diunggulkan

Politeknik APP Jakarta

Politeknik APP Jakarta (dahulu Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta ) adalah pendidikan tinggi yang berada dalam pengelolaan Pusat Pen...

Minggu, 28 Agustus 2016

MAHASISWA MASA KINI

Oleh : Anan Abdul Azis

 Arus perkembangan zaman dan globalisasi ternyata tak mampu dibendung oleh sebagian mahasiswa. Zaman dan globalisasi telah menggerus semangat perjuangan dan idealisme yangselama ini di sematkan kepada para mahasiswa. Rakyat sekarang tak begitu simpatik dengan mahasiswa padahal jika kita mengenang dulu bagaimana mahasiswa bersama rakyat merebut demokrasi dan menurunkan orde baru. Tridharma perduruan tinggi yang ke tiga yaitu pengabdian kepada masyarakat takbegitu tersentuh. 
Mahasiswa cenderung apatis dan mementingkan diri sendiri serta berhura hura menikmati masa mudanya.
Tak jarang bergerak hanya bila ada untungnya.

 Kondisi seperti ini sungguh sangat memprihatinkan dimana mahasiswa yang seharunya menjadi pilar penting dalam mengisi kemerdekaan dan menyongsong ke depan justru bersikap apatis, hedonis dan pragmatis. Idealisme yang diusung dimasa lampau hanya menjadi mitos dan dongen bagi mahasiswa baru.

Mahasiswa Apatis

Apatis artinya tidak peduli atau masa bodoh. Mahasiswa yang apatis berarti mahasiswa yang tidak peduli atau tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar, terhadap kondisi bangsannya dan bersikap masa bodoh serta tidak peduli. 
Sikap seperti inikah yang dimliki mahasiswa ?. Mahasiswa apabila didefinisikan sebagai kaum intelektual muda tentunya saat ini akan banyak pertanyaan yang mempertanyakanya. Kenapa? 
sebab lebel sebagai intelektual muda seakan tidak terlihat dalam diri para mahasiswa saat ini, khususnya dalam hal-hal aspek kemasyarakatan seperti sosial, politik, agama dan budaya.

 Dimana mahasiswa yang sering diidentikkan dengan sebutan agent of change dan iron stock atau yang lainnya yang selalu ada digarda terdepandengan gerakan-gerakan massif dan progressifnya ternyata bersikap apatis (tidak mau tahu).

Sikap apatis mahasiswa dalam melihat kondisi sekitarnya secara fakta dan realita yang menyangkut masa depan bangsa dan negeri ini serta keberadaan orang banyakpun sudah merajalela tertanam dalam diri mahasiswa hari ini. Sungguh tragis, kepekaan dan sikap kritis yang seharusnya menjadi life style, mind style dan paradigma idealis para mahasiswa dalam berfikir kini malah justru dilupakan bahkan ditinggalkan. 
Jiwa reformis dan revolusioner seakan menghilang dalam sanubari hati nurani mahasiswa sebagai kaum intelektual muda yang akan menjadi iron stock (cadangan dimasa depan) baik berupa ide dan konsep pemikirannya, kontribusi dan kerja-kerja nyatanya.

Mahasiswa Hedonis

Adapun perilaku hedonis dengan budaya konsumerisme yang sering dilakukan para mahasiswa dengan mengatasnamakan modernitas dan life style seakan-akan menyempurnakan sikap dan kondisi mahasiswa hari ini yaitu apatis dan hedonis sehingga menghasilkan sifat-sifat personal yang kerdil yaitu individualistik apatis-hedonislife style.
Mementingkan diri sendiri tidak peduli dengan keadaan yang ada, kondisi sekitar juga orang lain, miskin ide,mudah frustasi, bertingkah laku bodoh dan semaunya. Itulah sifat dan sikap yang terlihat dalam diri mahasiswa hari ini.

Mahasiswa Pragmatis

Sosok pragmatis cenderung mengutamakan segi praktis dan instan. Baik buruknya sesuatu ditentukan dengan kebermanfaatannya, baik bila menghasilkan keuntungan yang besar dan buruk bila merugikan. 
Seorang pragmatis cenderung bersifat "profit hunter" dan mengabaikan proses untuk mendapatkan profit tersebut. Bahkan dalam prosesnya terkadang menabrak norma-norma yang telah ada. Mahasiswa sekarang ini cenderung melakukan hal itu mulai dari dalam perkuliahan maupun diluar perkuliahan. Dimana tak jarang mahasiswa yang katanya aktivis pun dalam kegiatanya diboncengi oleh kepentingan-kepentingan politik praktis maupun kepada kepentingan borjuis tertentu demi keuntungan pragmatis yang hal ini tentunya memandulkan independensi mahasiswa.

Reorientasi Pola Pikir Mahasiswa Masa Kini

Sejatinya kita perlu reorientasi arah gerak dan perjuangan mahasiswa. Dengan sejenak mengabaikan sejarah, kita berlu turun ke titik nadi untuk berkontemplasi dengan waktu dan diri kita mengkritisi sendiri jalan panjang perjuangan yang telah mahasiswa rintis di negeri ini. Penting bagi kita memahami,saatnya kita bangkit dan bersatu. Dengan berbagai macam identitas kita yang perlu kita tampilkan cuma satu: MAHASISWA INDONESIA. Yang bersatu, teguh dan berintelektual.

Hilangkan perbedaan kalau persamaan adalah kekuatan kita. Hilangkan persamaan kalau kita bisa menerima perbedaan sebagai jalan keluar terbaik untuk bersatu. Keduanya merupakan pilihan jitu bagi pengembangan kehidupan berbangsadan bagi masyarakat agar tidak perlu jauh-jauh dari kata ’sejahtera’.

Poros cakrawala bangsa bernama mahasiswa itu kini kian rapuh. Namun sungguh tidak layak menggunakan logika generalisasi dalam memandang mereka. Masih ada segelintir mahasiswa yang masih teguh dalam mencengkeram idealismenya. 
Mereka sadar bahwa integritas adalah hampa tanpa integrasi, sehingga berusaha untuk memenuhi kewajiban dan kebutuhan di segala aspek lini kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara secara seimbang dan terpadu. 




Mereka sadar akan eksistensi dirinya bukan untuk mendapat kedudukan, materi, popularitas dan egomania atas kesuksesan pribadi, sehingga berusaha mencapai segala cita-cita pribadinya namun tetap kontributif bagi kebangkitan negerinya. Mereka giat mengikuti pembelajaran akademis, namun juga getol mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi; menghidupkan organisasi kemahasiswaan dengan kegiatan-kegiatan didaktis-progresif, sehingga organisasi mereka bukan sekedar sebagai event organizer; sadar bahwa lingkungan mereka bukan hanya dunia kampus, namun bumi Indonesia, sehingga peduli dengan wacana nasional yang berhubungan dengan kerakyatan namun tetap independen; tahu persis kapan harus mengkaji wacana, kapan harus melakukan branstorming dan kapan harus turun ke jalan; tidak terkekang oleh arus deras yang cenderung dimanipulasi oleh anasir kepentingan pragmatis dan dipenuhi kendali konspirasi, namun justru menentukan arah arus dan merekayasanya demi perubahan ke arah kebaikan.

 Sayangnya, mahasiswa model ini sudah sangat langka di hamparan Indonesia.
Untuk itu sangatlah penting dan diperlukanya reorientasi pemikiran mahasiswa. Memang seperti terlambat tapi apa salahnya kita lakukan dari pada tidak melakukan apa apa. Kita yang masih mengaku sebagai mahasiswa idealisnan kritis serta peduli terhadap bangsa dan negara hendaklah menurunkan apa yang kita yakini kepada junior kita. 

Dengan harapan merekalah yang akan mewarisi semangat mahasiswa sebagai regenerasi angkatan 98 yang sangat heroik.Untuk itu penting adanya peranandan fungsi dari OSPEK yang merupakan jembatan dan gerbang untuk mengenal dunia kampus. 

OSPEK bukanlah sebuah kegiatan perploncoan, melainkan sebuah kegiatan pengenalan kepada mahasiswa baru tentang bagaimana kehidupan kampus dan memperkenalkan dan menanamkan nilai bagaimana fungsi mahasiswa terhadap negara, bangsa dan masyarakat.Tentunya orientasi pemikiran dan pergerakan mahasiswa sekarang berbeda dengan dulu. Mahasiswa tak perlu lagi berjuang melawan penjajah atau menurunkan rezim tertentu, tetapi mahasiswa saat ini menjadi elemen penting dalam pembagunan bangsa.
 Sebagai sosial kontrol kepada pemerintah yang berkuasa serta sebagai agen perubahan yang memiliki inofasi serta gagasan besar dalam membangun bangsa dan negara. 
Tidak lupa fungsinya sebagai pengawal masyarakat yang merupakan tri dharma perguruan tinggi yang ke3 pengabdian kepada masyarakat. 
Kelak ilmu yang didapat sewaktu perkuliahan dapat berguna bagi masyarakat.

Oleh karenanya paling tidak dalam OSPEK mencakup beberapa aspek penanaman nilai kepada mahasiswa baru diantaranya :

1. Kepemimpinan

Dimana penting dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri seseorang dalam hal ini mahasiswa yang kelak diproyeksikan akan menjadi pemimpin dimasa yang akan datang.

2. Idealisme

Sangat penting bagaimana mahasiswa harus memiliki idealitas yang tangguh dan tidak mudah terpengaruh terhadap berbagai hal negatif. Dimana mahasiswa harus membela apa yang dianggapnya merupakan sebuah kebenaran dan menentang apa yang dianggapnya sebuah ketidakadilan.




3. Kritis

Mahasiswa selalu dituntut untuk menjadi pribadi yang kritis dalam menyikapi berbagai hal termasuk berbagai isu yang ada didalalam masyarakat. Kritis dalam mencari sebuah kebenaran dan kritis dalam menyikapi ketidakadilan.


4. Kepekaan Sosial

Mahasiswa dituntut memiliki kepekaan sosial dimana mahasiswa mengemban amanah dari rakyat sebagai kaum intelektual yang diharapkan akan membawa perubahan besar terhadap bangsa dan negara dengan harapan akan menjadiakan negara ini makmur dan sejahtera. 

Mahasiswa memiliki kodrat hubungan yang erat dengan masyarakat sehingga diharapkan dapat berpihak kepada rakyat dan membela kepentingan rakyat sebagai mana tri dharma perguruan tinggi yang ke tiga pengabdian kepada masyarakat.

Setidaknya itulah yang harus ditanamkan kepada mahasiswa agar perannya sebagai agent of change, agent of social control, iron stock serta berbagai peranan lain tetap ada dalam diri mahasiswa sekarang.

 Harapanya semangat heroik mahasiswa terdahulu dapat terus mengalir dalam regenerasi mahasiwa dari masa ke masa sehingga mahasiswa akan terus menjadi simbol perubahan yang lebih baik. Kedepan dapat kita lihat sejarah akan teretak kembali oleh para mahasiswa dalam konteks yang berbeda bukan lagi dalam menurunkan rezim tetapi dalam sebuah prestasi untuk membangun negeri sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing.

#HIDUPMAHASISWA