Selasa, 05 Agustus 2025

BUKU KONTEMPLASI

KONTEMPLASI

BUKU KARYA ANAN ABDUL AZIS


Kontemplasi bukan sekedar buku, ia adalah peta batin yang retak. Kumpulan luka, rindu, dan pertanyaan, yang tidak selalu membutuhkan jawaban. Buku ini lahir bukan untuk menginspirasi, tapi sebagai cara bertahan, sebagai sahabat diam bagi mereka yang pernah merasa terlalu lelah untuk menjelaskan rasa sakit.

Di dalamnya, ada percakapan sunyi: dengan Tuhan, dengan keluarga, dengan cinta, dan dengan diri sendiri.

Buku ini tidak menawarkan solusi. Ia hanya ingin menemani.


 Identitas Buku


- Judul: KONTEMPLASI  

- Penulis: Anan Abdul Azis  

- Tahun Terbit: 2025  

- Jumlah Halaman: 262 halaman  

- Format: Cetak & Digital (PDF)  

- Penerbit: Kontenplasi Community ( Sementara )


 Cuplikan Isi Buku :


“Hidup adalah latihan pergi” 

 Sejak kecil kita diajari datang, 

tapi tidak pernah diajari cara meninggalkan.

Padahal hidup, sejatinya,

adalah latihan pergi berulang kali.


Kita meninggalkan masa kecil,

lalu remaja, lalu orang-orang yang tak bisa ikut tumbuh.

Kita pergi dari rumah yang pernah hangat,

dari tangan yang pernah erat, 

dari pelukan yang tak lagi cocok dengan bentuk luka kita sekarang.


Jakarta Selatan, 29 Mei 2019 

 Ananabdlazs


Narasi Latar : 

Puisi ini lahir dari satu perasaan yang terus-menerus menghantui: pergi, tapi tidak pernah benar-benar siap. 

 Kita tumbuh dengan serangkaian perpisahan, tapi jarang diberi ruang untuk menangisi apa yang kita tinggalkan.


Catatan Penulis : 

 Kita terlalu sering dipaksa kuat saat kehilangan, 

padahal kehilangan adalah luka yang sah untuk ditangisi. 

Hidup, bagi banyak dari kita, adalah pelatihan diam-diam untuk melepaskan satu per satu hal yang dulu memberi rasa utuh. 

---


Cara Mendapatkan Buku Ini :


Buku KONTEMPLASI saat ini belum terbit secara cetak, karena masih menunggu penerbit yang akan melakukan Publikasi cetak secara umum. Namun, untuk Digital sudah bisa di dapatkan.


Jika kamu tertarik memiliki Digital dan ingin membaca lebih lanjut:


- 💬 WhatsApp: 0896-0403-5557  

- 📧 Email: [Ananabdlazs03@gmail.com atau Ananpacifico03@gmail.com ]


Tentang Penulis


Anan Abdul Azis menulis bukan untuk menjadi penyair, ia menulis agar tidak hancur. Ini adalah buku keduanya setelah buku berjudul “TEMATIK” yang ia tulis bersama rekannya. Pada buku ini Anan tumbuh dalam kebisingan, tapi mengolah luka-luka dalam diam. Puisinya bukan karya sastra, mereka adalah riwayat tubuh yang memikul terlalu banyak, terlalu lama. Puisinya tidak mencari pujian. Ia mencari ruang. Ruang untuk marah tanpa dikutuk. Ruang untuk rindu tanpa harus ditertawakan. Ruang untuk menjadi manusia, yang rapuh, getir, kalah, muak, dan tetap hidup. Melalui KONTEMPLASI, Anan tak berusaha memberi jawaban. Ia hanya menunjukkan bahwa gelap pun bisa dibagi. Ia tak pernah berniat jadi penyair. Tapi hidup memaksanya menyimpan terlalu banyak yang tak bisa diceritakan. Maka jadilah ini: halaman-halaman yang tidak minta dikagumi, hanya dimengerti. Halaman yang mungkin bisa menjadi teman untuk kalian yang membaca ini.

---


Tag:

#puisi #buku #kontemplasi #ananabdulazis #puisiIndonesia #literasi #bukuIndonesia #bukukontemplasi #filsafat #Ananabdlazs #Ananabdulazis



 Catatan Akhir


Terima kasih telah menyempatkan waktu membaca.  

Jika kamu merasa tidak sendirian setelah membaca buku ini, maka buku ini telah menjalankan fungsinya.




📚 Lihat profil Google Scholar Anan Abdul Azis:
https://scholar.google.com/citations?hl=en&user=OhwuE8sAAAAJ

Selasa, 31 Oktober 2017

Definisi Ilmu Politik Dan Sejarah Perkembangann

    Sebelum mendefinisikan apa itu ilmu politik, maka perlu diketahui lebih dulu apa itu politik. Secara etimologis, politik berasal dari bahasa Yunani ”polis” yang berarti kota yang berstatus negara. Secara umum istilah politik dapat diartikan berbagai macam kegiatan dalam suatu negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.

Menurut Miriam Budiardjo dalam buku ”Dasar-dasar Ilmu Politik”, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang perpolitikan. Politik diartikan sebagai usaha-usaha untuk mencapai kehidupan yang baik. Orang Yunani seperti Plato dan Aristoteles menyebutnya sebagai en dam onia atau the good life(kehidupan yang baik).
Menurut Goodin dalam buku “A New Handbook of Political Science”, politik dapat diartikan sebagai penggunaan kekuasaan social secara paksa. Jadi, ilmu politik dapat diartikan sebagai sifat dan sumber paksaan itu serta cara menggunakan kekuasaan social dengan paksaan tersebut.

Beberapa definisi berbeda juga diberikan oleh para ahli , misalnya:
• Menurut Bluntschli, Garner dan Frank Goodnow menyatakan bahwa ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari lingkungan kenegaraan.
• Menurut Seely dan Stephen Leacock, ilmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam menangani pemerintahan.
• Dilain pihak pemikir Prancis seperti Paul Janet menyikapi ilmu politik sebagai ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip- prinsip pemerintahan, Pendapat ini didukung juga oleh R.N. Gilchrist.
Ilmu politik secara teoritis terbagi kepada dua yaitu :
• Valuational artinya ilmu politik berdasarkan moral dan norma politik. Teori valuational ini terdiri dari filsafat politik, ideologi dan politik sistematis.
• Non valuational artinya ilmu politik hanya sekedar mendeskripsikan dan mengkomparasikan satu peristiwa dengan peristiwa lain tanpa mengaitkannya dengan moral atau norma.

Perkembangan Ilmu Politik
Ilmu politik adalah salah satu ilmu tertua dari berbagai cabang ilmu yang ada. Sejak orang mulai hidup bersama, masalah tentang pengaturan dan pengawasan dimulai. Sejak itu para pemikir politik mulai membahas masalah-masalah yang menyangkut batasan penerapan kekuasaan, hubungan antara yang memerintah serta yang diperintah, serta sistem apa yang paling baik menjamin adanya pemenuhan kebutuhan tentang pengaturan dan pengawasan.

Ilmu politik diawali dengan baik pada masa Yunani Kuno, membuat peningkatan pada masa Romawi, tidak terlalu berkembang di Zaman Pertengahan, sedikit berkembang pada Zaman Renaissance dan Penerangan, membuat beberapa perkembangan substansial pada abad 19, dan kemudian berkembang sangat pesat pada abad 20 karena ilmu politik mendapatkan karakteristik tersendiri.

Ilmu politik sebagai pemikiran mengenai Negara sudah dimulai pada tahun 450 S.M. seperti dalam karya Herodotus, Plato, Aristoteles, dan lainnya. Di beberapa pusat kebudayaan Asia seperti India dan Cina, telah terkumpul beberapa karya tulis bermutu. Tulisan-tulisan dari India terkumpul dalam kesusasteraan Dharmasatra dan Arthasastra, berasal kira-kira dari tahun 500 S.M. Di antara filsuf Cina terkenal, ada Konfusius, Mencius, dan Shan Yang(±350 S.M.).
Di Indonesia sendiri ada beberapa karya tulis tentang kenegaraan, misalnya Negarakertagama sekitar abad 13 dan Babad Tanah Jawi. Kesusasteraan di Negara-negara Asia mulai mengalami kemunduran karena terdesak oleh pemikiran Barat yang dibawa oleh Negara-negara penjajah dari Barat.

Di Negara-negara benua Eropa sendiri bahasan mengenai politik pada abad ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum, karena itu ilmu politik hanya berfokus pada negara. Selain ilmu hukum, pengaruh ilmu sejarah dan filsafat pada ilmu politik masih terasa sampai perang Dunia II.

Di Amerika Serikat terjadi perkembangan berbeda, karena ada keinginan untuk membebaskan diri dari tekanan yuridis, dan lebih mendasarkan diri pada pengumpulan data empiris. Perkembangan selanjutnya bersamaan dengan perkembangan sosiologi dan psikologi, sehingga dua cabang ilmu tersebut sangat mempengaruhi ilmu politik. Perkembangan selanjutnya berjalan dengan cepat, dapat dilihat dengan didirikannya American Political Science Association pada 1904.

Perkembangan ilmu politik setelah Perang Dunia II berkembang lebih pesat, misalnya di Amsterdam, Belanda didirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, walaupun penelitian tentang negara di Belanda masih didominasi oleh Fakultas Hukum. Di Indonesia sendiri didirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, seperti di Universitas Riau. Perkembangan awal ilmu politik di Indonesia sangat dipengaruhi oleh ilmu hukum, karena pendidikan tinggi ilmu hukum sangat maju pada saat itu.Sekarang, konsep-konsep ilmu politik yang baru sudah mulai diterima oleh masyarakat.

Di negara-negara Eropa Timur, pendekatan tradisional dari segi sejarah, filsafat, dan hukum masih berlaku hingga saat ini. Sesudah keruntuhan komunisme, ilmu politik berkembang pesat, bisa dilihat dengan ditambahnya pendekatan-pendekatan yang tengah berkembang di negara-negara barat pada pendekatan tradisional.

Perkembangan ilmu politik juga disebabkan oleh dorongan kuat beberapa badan internasional, seperti UNESCO. Karena adanya perbedaan dalam metodologi dan terminologi dalam ilmu politik, maka UNESCO pada tahun1948 melakukan survei mengenai ilmu politik di kira-kira 30 negara. Kemudian, proyek ini dibahas beberapa ahli di Prancis, dan menghasilkan buku Contemporary Political Science pada tahun 1948.
Selanjutnya UNESCO bersama International Political Science Association (IPSA) yang mencakup kira-kira ssepuluh negara, diantaranya negara Barat, di samping India, Meksiko, dan Polandia. Pada tahun 1952 hasil penelitian ini dibahas di suatu konferensi di Cambridge, Inggris dan hasilnya disusun oleh W. A. Robson dari London School of Economics and Political Science dalam buku The University Teaching of Political Science. Buku ini diterbitkan oleh UNESCO untuk pengajaran beberapa ilmu sosial(termasuk ekonomi, antropologi budaya, dan kriminologi) di perguruan tinggi. Kedua karya ini ditujukan untuk membina perkembangan ilmu politik dan mempertemukan pandangan yang berbeda-beda.

Pada masa-masa berikutnya ilmu-ilmu sosial banyak memanfaatkan penemuan-penemuan dari antropologi, sosiologi, psikologi, dan ekonomi, dan dengan demikian ilmu politik dapat meningkatkan mutunya dengan banyak mengambil model dari cabang ilmu sosial lainnya. Berkat hal ini, wajah ilmu politik telah banyak berubah dan ilmu politik menjadi ilmu yang penting dipelajari untuk mengerti tentang politik.

Selasa, 13 September 2016

Pengertian Komunikasi massa

    Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak (publik). Organisasi - organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan memengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat.
Dalam komunikasi masa, media masa menjadi otoritas tunggal yang menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikannya pada khalayak.
unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah :
  1. komunikator,
  2. media massa.
  3. informasi (pesan).
  4. gatekeeper.
  5. khalayak (publik) dan
  6. umpan balik.
Komunikator dalam komunikasi massa adalah:
pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi komunikasi modern, sehingga dapat dengan cepat diakses oleh publik.
Pihak yang berusaha memberikan jasa melalui penyebaran informasi dan sekaligus menjadi agen perubahan dalam pemahaman, wawasan dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimanapun tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka.
Pihak yang menjadi sumber informasi atau pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan  dari penyebaran informasi itu.

Media massa adalah saluran/alat komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.

Informasi massa adalah informasi yang diperuntukan kepada masyarakat secara massal, bukan hanya informasi yang hanya dikonsumsi secara pribadi. Dengan demikian  informasi massa adalah milik publik, bukan individu.  Misalnya berita, iklan, sinetron, film, infoteinment, dsb.

Gatekeeper adalah penyeleksi informasi.  Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang organisasi media massa, mereka inilah yang akan menyeleksi setiap informasi yang akan disebarkan kepada masyarakat. Bahkan mereka memiliki kewenangan untuk memperluas atau membatasi informasi yang akan disebarkan tersebut. Mereka adalah wartawan, editor, sutradara, dsb.

Khalayak adalah massa yang menjadi tujuan dari penyebaran informasi dari media massa. Mereka bersifat heterogen dan luas.

Umpan balik. Awalnya umpan balik bersifat tertunda namun dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi, maka komunikasi interaktif dapat dilakukan secara langsung melalui media massa.

B. CIRI – CIRI KOMUNIKASI MASSA
  1. Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
  2. Komunikator memiliki keahlian tertentu
  3. Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana
  4. Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
  5. Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan
  6. Ada pengaruh yang dikehendaki
  7. Dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya.
  8. Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya) tidak bersifat pribadi.


C. KONSEP MASSA

Massa memiliki unsur-unsur penting, yaitu:
Terdiri dari sekelompok masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, yang menyebar dimana-mana dan satu dengan lainnya tidak saling mengenal atau pernah bertemu atau berhubungan secara personal.
Jumlah massa yang besar menyebabkan massa tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya. Misalnya penonton RCTI dengan Anteve.  Karenanya konsep massa dari segmentasi sulit diprediksi dengan angka-angka pasti (akurat).
Karena jumlah yang besar maka massa juga sukar diorganisir.  Jumlah massa yang besar itu cenderung bergerak sendiri-sendiri berdasarkan sel-sel massa yang dapat dikendalikan oleh orang-orang dalam sel itu.  Gerakan-gerakan massa akan semakin besar apabila sel-sel itu bertemu dan bergerak berdasarkan kondisi sesaat yang terjadi di lapangan.  Interaksi yang terjadi biasanya bersifat emosional.
Massa merupakan refleksi dari kehidupan sosial secara luas. Setiap bentuk kehidupan sosial merefleksikan suatu kondisi masyarakat secara keseluruhan.

D. PROSES KOMUNIKASI MASSA

Komunikasi massa dalam prosesnya melibatkan banyak orang yang bersifat kompleks dan rumit.  Menurut McQuail (1999)  proses komunikasi massa terlihat berproses dalam bentuk:
melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Jadi proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dalam skala yang besar, sekali siaran atau pemberitaan jumlahdan lingkupnya sangat luas dan besar.
proses komunikasi massa cenderung dilakukan melalui model satu arah yaitu dari komunikator kepada komunikan atau media kepada khalayak.  Interaksi yang terjadi sifatnya terbatas.
proses komunikasi massa berlangsung secara asimetris antara komunikator dengan komunikan.  Ini menyebabkan komunikasi antara mereka berlangsung datar dan bersifat sementara. Kalau terjadi sensasi emosional sifatnya sementara dan tidak permanen. 
 proses komunikasi massa juga berlangsung impersonal atau non pribadi dan anonim.
proses komunikasi massa juga berlangsung didasarkan pada hubungan kebutuhan-kebutuhan di masyarakat. Misalnya program akan ditentukan oleh apa yang dibutuhkan pemirsa.  Dengan demikian media massa juga ditentukan oleh rating yaitu ukuran di mana suatu program di jam yang sama di tonton oleh sejumlah khalayak massa.

E. BUDAYA MASSA

Komunikasi massa berproses  pada level budaya massa sehingga sifat-sifat komunikasi massa sangat dipengaruhi oleh budaya massa yang berkembang di masyarakat di mana  proses komunikasi itu berlangsung. Dengan demikian, maka budaya massa dalam dalam komunikasi massa memiliki karakter sebagai berikut:
non-tradisonal, yaitu umumnya komunikasi massa berkaitan erat dengan budaya populer.  Acara-acara infoteiment, variety show, Indonesian idol merupakan contohnya.
budaya massa juga bersifat merakyat, tersebar di basis massa sehingga tidak mengerucut pada tingkat elit, namun apabila ada elit yang terlibat dalam proses ini, maka itu bagian dari proses dari basis massa itu sendiri.
budaya massa juga memproduksi produk-produk massa.  Semua orang dapat memanfaatkan sebagai hiburan umum.
budaya massa sangat berhubungan dengan budaya populer sebagai sumber budaya massa.  Bahkan secara tegas dikatakan bahwa bukan populer kalau bukan budaya massa, artinya budaya tradisional juga dapat menjadi populer apabila menjadi budaya massa.  Misalnya srimulat, campursari atau ludruk.  Pada mulanya kesenian tradisional ini berkembang di masyarakat tradisional dengan karakter-karekter tradisional, namun ketika kesenian ini dikemas di media massa maka sentuhan-sentuhan populer mendominasi seluruh kesenian itu baik cerita, kostum, latar dan tidak lagi menjadi sebatas konsumsi masyarakat pedesaan.
budaya massa terutama diproduksi oleh media massa dengan biaya yang cukup besar dengan harapan menghasilkan keuntungan yang lebih besar sebagai kelanjutan budaya massa itu sendiri.  Karena itu budaya massa diproduksi secara komersial agar tidak saja menjadi jaminan keberlangsungan budaya massa namun juga menghasilkan keuntungan bagi kapital yang diinvestasikan pada kegiatan tersebut.
budaya massa juga diproduksi secara eksklusif dengan simbol-simbol kelas sosial atas sehingga terkesan modern dan prestisius, namun sebenarnya budaya massa untuk siapa saja yang ingin menikmatinya.  Syarat utama dari ekslusifitas budaya massa ini adalah keterbukaan dan kesediaan terlibat dalam budaya secara massal.

F. FUNGSI KOMUNIKASI MASSA

Komunikasi massa adalah salah satu aktivitas sosial yang berfungsi di masyarakat.  Robert K.Merton mengemukakan bahwa fungsi aktivitas sosial memiliki dua aspek, yaitu fungsi nyata (manifest function) adalah fungsi nyata yang diinginkan, kedua fungsi tidak nyata atau tersembunyi (latent function), yaitu fungsi tidak diinginkan.  Sehingga pada dasarnya setiap fungsi sosial dalam masyarakat itu memiliki efek fungsional dan disfungsional.

Selain manifest function dan latent function, setiap aktivitas sosial juga berfungsi melahirkan (beiring function) fungsi-fungsi sosial lain, bahwa manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat sempurna.  Sehingga setiap fungsi sosial yang dianggap membahayakan dirinya, maka ia akan mengubah fungsi-fungsi sosial yang ada.  Contohnya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah, disatu sisi adalah untuk membersihkan masyarakat dari praktik korupsi, namun di sisi lain tindakan pemberantasan korupsi yang tidak diikuti dengan perbaikan sistem justru akan menimbulkan ketakutan bagi aparatur pemerintah secara luas tentang masa depan mereka karena merasa tindakannya selalu diawasi, ditakuti dan ditindak.  Tak adanya perbaikan sistem yang baik dan ketakutan justru akan melahirkan (beiring) model-model korupsi baru yang lebih canggih.  Dengan demikian, aktivitas sosial lama itu ketika mendapat tekanan sosial, kemudian mengalami metamorfosa dan kemudian melahirkan aktivitas sosial.

Begitu pula dengan fungsi komunikasi media massa, sebagai aktivitas sosial masyarakat, komunikasi media massa juga mengalami hal yang serupa.  Seperti pemberitaan bahaya Tsunami terhadap kehidupan masyarakat pantai.  Di satu sisi pemberitaan tersebut adalah informasi mengenai bagaimana masyarakat pantai dapat menghindari bahaya Tsunami ketika bencana itu datang, tapi pemberitaan itu juga sekaligus menciptakan ketakutan dan kecemasan yang amat sangat bagi masyarakat yang hidup di pesisir pantai.  Bahkan pemberitaan itu juga berdampak buruk bagi orang-orang pegunungan yang akan merencanakan pindah tempat tinggal ke daerah pesisir.

1. Fungsi pengawasan

Media massa merupakan sebuah medium di mana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif.  Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.  Seperti, pemberitaan bahaya narkoba bagi kehidupan manusia yang dilakukan melalui media massa dan ditujukan kepada masyarakat, maka fungsinya untuk kegiatan preventif agar masyarakat tidak terjerumus dalam pengaruh narkoba.  Sedangkan fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.  Medai massa dapat memberi reward kepada masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya,  namun sebagainya akan memberikan punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.

2. Fungsi social learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.  Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat   di mana komunikasi massa itu berlangsung.  Komunikasi massa itu dimaksukan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat secara luas.  Fungsi komunikasi massa ini merupakan sebuah andil yang dilakukan untuk menutupi kelemahan fungsi-fungsi paedogogi yang dilaksanakan melalui komunikasi tatap muka, di mana karena sifatnya, maka fungsi paedogogi hanya dapat berlangsung secara eksklusif antara individu tertentu saja.

3. Fungsi penyampaian informasi

Komunikasi massa yang mengandalkan media massa, emiliki fungsi utama, yaitu menjadi proses penyampaian informai kepada masyarakat luas.  Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informasi tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

4. Fungsi transformasi budaya

Fungsi informatif adalah fungsi-fungsi yang bersifat statis, namun fungsi-fungsi lain yang lebih dinamis adalah fungsi transformasi budaya.  Komunikasi massa sebagaimana difat-sifat budaya massa, maka yang terpentin adalah komunikasi massa menjadi proses transormai budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang dilakukan oleh media massa.
Fungsi transformasi budaya ini menjadi sangat penting dan terkait dengan fungsi-fungsi lainnya terutama fungsi social learning, akan tetapi fungsi transformasi budaya lebih kepada tugasnya yang besar sebagai bagian dari bidaya global.  Sebagaimana diketahui bahwa perubahan-perubahan budaya yang disebabkan karena perkembangan telematika menjadi perhatian utama semua masyarakat di dunia, karena selain dapat dimanfaatkan untuk pendidikan juga dapat dipergunakan untuk fungsi-fungsi lainnya, seperti politik, perdagangan, agama, hukum, militer, dan sebagainya.  Jadi, tidak dapat dihindari bahwa komunikasi massa memainkan peran penting dalam proses ini di mana hampir semua perkembangan telematika mengikut-sertakan proses-proses komunikasi massa terutama dalam proses transformasi budaya.

5. Hiburan

Fungsi lain dari komunikasi adalah hiburan, bahwa seirama dengan fungsi-fungsi lain, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komuniasi massa menggunakan media massa, adi fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa.
Transformasi budaya yang dilaksanakan oleh komunikasi massa mengikut-sertakan fungsi hiburan ini sebagai bagian penting dalam fungsi komunikasi massa.  Hiburan tidak terlepas dari fungsi media massa itu sendiri dan juga tidak terlepas dari tujuan transformasi budaya.  Dengan demikian, maka fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa.

KOMUNIKASI MASSA SEBAGAI  SISTEM SOSIAL

Kata sistem berassal dari bahasa Yunani, yaitu systema.  Artinya sehimpunan dari bagian atau komponen yang saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan (Narwoko dan Suyanto, 2004:123).  Dalam tradisi ilmu sosial penggunaan istilah sistem lebih sering digunakan untuk merujuk pada pengertian sebuah sistem organik, yaitu sebuah sistem yang didalamnya terdiri dari beberapa komponen yang lebih kecil yang memiliki kehidupan (animate).  Istilah ini digunakan untuk membedakan penggunaan istilah yang sama pada ilmu-ilmu eksakta, di mana sebuah sistem anorganik terdiri dari beberapa komponen yang lebih kecil yang tak berjiwa (in-animate).  Walaupun demikian, kedua istilah sistem itu mengarah kepada pengertian sistem sebagai sebuah himpunan kehidupan sosial yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya secara teratur dan sistematis serta membentuk suatu kehidupan yang menyeluruh.

Di masyarakat, sistem digunakan untk beberapa pengertian sebagai berikut:
sistem ditujukan sebagai gagasan atau ide yang tersusun, terorganisir dan membentuk suatu kesatuan yang sistematis dan logis, umpanya adalah filsafat, nilai pemerintahan, demokrasi, kekerabatan, dan sebagainya.
sistem yang merujuk pada pengertian sebuah kesatuan, kelompok, sebuah himpunan dari beberapa unit atau komponen yang terpisah-pisah, memiliki hubungan-hubungan khusus sehingga membentuk sebuah keseluruhan yang utuh, seperti pesawat terbang, komputer, arloji, dan sebagainya.
sistem ditujukan untuk menyebutkan sebuah metod, cara, tehnik yang digunakan, seperti sistem belajar, sistem pelatihan, sistem bertindak, dan sebagainya.

Talcot Parson membagi karakter sistem sosial menjadi :

  1. Karakter himpunan yaitu sistem terdiri dari beberapa komponen yang terdapat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
  2. Karakter equilibrium, yaitu sistem merupakan sebuah kehidupan yang seimbang diatur oleh norma dan aturan-aturan dalam masyarakat tersebut. (Ritzer dan Goodman, 2003)

Hal-hal yang dapat dimanfaatkan dari teori sistem adalah:

  1. sistem sebagai suatu teori dapat digunakan semua ilmu-ilmu sosial.
  2. sistem mengandung banyak tingkatan dan dapat diaplikasikan pada aspek dunia sosial berskala besar maupun kecil, ke aspek ruang paling subjektif dan objektif.
  3. teori sistem tertarik pada keragaman hubungan dari berbagai aspek dunia sosial.
  4. pendekatan sistem cenderung menganggap melihat semua aspek sosiokultural dari segi proses, khususnya jaringan informasi dan komunikasi.
  5. teori sistem bersifat inherent dan integratif (Ritzer dan goodman; 2003)

Komunikasi massa sebagai sistem sosial memiliki komponen-komponen penting yaitu :
nara sumber sebagai sumber-sumber informasi bagi media massa.
publik yang mengkonsumsi media massa.
media massa meliputi, organisasinya, sumber daya manusia, fasilitas produksi, distribusi, kebijakan yang ditempuh, ideologi yang diperjuangkan, dsb.
aturan hukum dan perundang-undangan, norma-norma dan nilai-nilai, serta kode etik yang mengatur pelaksanaan semua stakeholder komunikasi massa.
institusi pendukung yang tumbuh untuk memberikan kontribusi terhadap kegiatan komunikasi massa, seperti percetakan, periklanan, production house, dll.
pihak-pihak yang mengendalikan berlangsungnya komunikasi massa, permodalan, penguasa, kekuatan politik, maupun kelompok kepentingan.
unsur-unsur penunjang lain yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan komunikasi massa.  Contohnya perusahaan penghasil teknologi komunikasi, kondisi sosial, ekonomi, politik,  kondisi global internasional dan percaturan politik dunia.

G. PERAN MEDIA MASSA

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agen of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan.  Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan:
sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi.  Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju.
media massa menjadi media informasi bagi masyarakat. Dengan banyak informasi masyarakat menjadi lebih mampu berpartisipasi dalam setiap aktivitasnya.
media massa sebagai media hiburan.  Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya.

H.  EFEK KOMUNIKASI MASSA

Berdasarkan teorinya, efek komunikasi masa dibedakan menjadi tiga macam efek, yaitu efek terhadap individu, masyarakat, dan kebudayaan.
A. Efek komunikasi masa terhadap individu
Menurut Steven A. Chafee, komunikasi masa memiliki efek-efek berikut terhadap individu:
  1. Efek ekonomis: menyediakan pekerjaan, menggerakkan ekonomi (contoh: dengan adanya industri media massa membuka lowongan pekerjaan)
  2. Efek sosial: menunjukkan status (contoh: seseorang kadang-kadang dinilai dari media massa yang ia baca, seperti surat kabar pos kota memiliki pembaca berbeda dibandingkan dengan pembaca surat kabar Kompas.
  3. Efek penjadwalan kegiatan
  4. Efek penyaluran/ penghilang perasaan
  5. Efek perasaan terhadap jenis media
Menurut Kappler (1960) komunikasi masa juga memiliki efek:

  • conversi, yaitu menyebabkan perubahan yang diinginkan dan perubahan yang tidak diinginkan.
  • memperlancar atau malah mencegah perubahan
  • memperkuat keadaan (nilai, norma, dan ideologi) yang ada.

Minggu, 28 Agustus 2016

MAHASISWA MASA KINI

MAHASISWA MASA KINI

 

Oleh : Anan Abdul Azis

 

 Arus perkembangan zaman dan globalisasi ternyata tak mampu dibendung oleh sebagian mahasiswa. Zaman dan globalisasi telah menggerus semangat perjuangan dan idealisme yangselama ini di sematkan kepada para mahasiswa. Rakyat sekarang tak begitu simpatik dengan mahasiswa padahal jika kita mengenang dulu bagaimana mahasiswa bersama rakyat merebut demokrasi dan menurunkan orde baru. Tridharma perduruan tinggi yang ke tiga yaitu pengabdian kepada masyarakat takbegitu tersentuh. 

Mahasiswa cenderung apatis dan mementingkan diri sendiri serta berhura hura menikmati masa mudanya.

Tak jarang bergerak hanya bila ada untungnya.

 

 Kondisi seperti ini sungguh sangat memprihatinkan dimana mahasiswa yang seharunya menjadi pilar penting dalam mengisi kemerdekaan dan menyongsong ke depan justru bersikap apatis, hedonis dan pragmatis. Idealisme yang diusung dimasa lampau hanya menjadi mitos dan dongen bagi mahasiswa baru.

 

Mahasiswa Apatis

 

Apatis artinya tidak peduli atau masa bodoh. Mahasiswa yang apatis berarti mahasiswa yang tidak peduli atau tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar, terhadap kondisi bangsannya dan bersikap masa bodoh serta tidak peduli. 

Sikap seperti inikah yang dimliki mahasiswa ?. Mahasiswa apabila didefinisikan sebagai kaum intelektual muda tentunya saat ini akan banyak pertanyaan yang mempertanyakanya. Kenapa? 

sebab lebel sebagai intelektual muda seakan tidak terlihat dalam diri para mahasiswa saat ini, khususnya dalam hal-hal aspek kemasyarakatan seperti sosial, politik, agama dan budaya.

 

 Dimana mahasiswa yang sering diidentikkan dengan sebutan agent of change dan iron stock atau yang lainnya yang selalu ada digarda terdepandengan gerakan-gerakan massif dan progressifnya ternyata bersikap apatis (tidak mau tahu).

 

Sikap apatis mahasiswa dalam melihat kondisi sekitarnya secara fakta dan realita yang menyangkut masa depan bangsa dan negeri ini serta keberadaan orang banyakpun sudah merajalela tertanam dalam diri mahasiswa hari ini. Sungguh tragis, kepekaan dan sikap kritis yang seharusnya menjadi life style, mind style dan paradigma idealis para mahasiswa dalam berfikir kini malah justru dilupakan bahkan ditinggalkan. 

Jiwa reformis dan revolusioner seakan menghilang dalam sanubari hati nurani mahasiswa sebagai kaum intelektual muda yang akan menjadi iron stock (cadangan dimasa depan) baik berupa ide dan konsep pemikirannya, kontribusi dan kerja-kerja nyatanya.

 

Mahasiswa Hedonis

 

Adapun perilaku hedonis dengan budaya konsumerisme yang sering dilakukan para mahasiswa dengan mengatasnamakan modernitas dan life style seakan-akan menyempurnakan sikap dan kondisi mahasiswa hari ini yaitu apatis dan hedonis sehingga menghasilkan sifat-sifat personal yang kerdil yaitu individualistik apatis-hedonislife style.

Mementingkan diri sendiri tidak peduli dengan keadaan yang ada, kondisi sekitar juga orang lain, miskin ide,mudah frustasi, bertingkah laku bodoh dan semaunya. Itulah sifat dan sikap yang terlihat dalam diri mahasiswa hari ini.

 

Mahasiswa Pragmatis

 

Sosok pragmatis cenderung mengutamakan segi praktis dan instan. Baik buruknya sesuatu ditentukan dengan kebermanfaatannya, baik bila menghasilkan keuntungan yang besar dan buruk bila merugikan. 

Seorang pragmatis cenderung bersifat "profit hunter" dan mengabaikan proses untuk mendapatkan profit tersebut. Bahkan dalam prosesnya terkadang menabrak norma-norma yang telah ada. Mahasiswa sekarang ini cenderung melakukan hal itu mulai dari dalam perkuliahan maupun diluar perkuliahan. Dimana tak jarang mahasiswa yang katanya aktivis pun dalam kegiatanya diboncengi oleh kepentingan-kepentingan politik praktis maupun kepada kepentingan borjuis tertentu demi keuntungan pragmatis yang hal ini tentunya memandulkan independensi mahasiswa.

 

Reorientasi Pola Pikir Mahasiswa Masa Kini

 

Sejatinya kita perlu reorientasi arah gerak dan perjuangan mahasiswa. Dengan sejenak mengabaikan sejarah, kita berlu turun ke titik nadi untuk berkontemplasi dengan waktu dan diri kita mengkritisi sendiri jalan panjang perjuangan yang telah mahasiswa rintis di negeri ini. Penting bagi kita memahami,saatnya kita bangkit dan bersatu. Dengan berbagai macam identitas kita yang perlu kita tampilkan cuma satu: MAHASISWA INDONESIA. Yang bersatu, teguh dan berintelektual.

 

Hilangkan perbedaan kalau persamaan adalah kekuatan kita. Hilangkan persamaan kalau kita bisa menerima perbedaan sebagai jalan keluar terbaik untuk bersatu. Keduanya merupakan pilihan jitu bagi pengembangan kehidupan berbangsadan bagi masyarakat agar tidak perlu jauh-jauh dari kata ’sejahtera’.

 

Poros cakrawala bangsa bernama mahasiswa itu kini kian rapuh. Namun sungguh tidak layak menggunakan logika generalisasi dalam memandang mereka. Masih ada segelintir mahasiswa yang masih teguh dalam mencengkeram idealismenya. 

Mereka sadar bahwa integritas adalah hampa tanpa integrasi, sehingga berusaha untuk memenuhi kewajiban dan kebutuhan di segala aspek lini kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara secara seimbang dan terpadu. 

 

 

Mereka sadar akan eksistensi dirinya bukan untuk mendapat kedudukan, materi, popularitas dan egomania atas kesuksesan pribadi, sehingga berusaha mencapai segala cita-cita pribadinya namun tetap kontributif bagi kebangkitan negerinya. Mereka giat mengikuti pembelajaran akademis, namun juga getol mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi; menghidupkan organisasi kemahasiswaan dengan kegiatan-kegiatan didaktis-progresif, sehingga organisasi mereka bukan sekedar sebagai event organizer; sadar bahwa lingkungan mereka bukan hanya dunia kampus, namun bumi Indonesia, sehingga peduli dengan wacana nasional yang berhubungan dengan kerakyatan namun tetap independen; tahu persis kapan harus mengkaji wacana, kapan harus melakukan branstorming dan kapan harus turun ke jalan; tidak terkekang oleh arus deras yang cenderung dimanipulasi oleh anasir kepentingan pragmatis dan dipenuhi kendali konspirasi, namun justru menentukan arah arus dan merekayasanya demi perubahan ke arah kebaikan.

 

 Sayangnya, mahasiswa model ini sudah sangat langka di hamparan Indonesia.

Untuk itu sangatlah penting dan diperlukanya reorientasi pemikiran mahasiswa. Memang seperti terlambat tapi apa salahnya kita lakukan dari pada tidak melakukan apa apa. Kita yang masih mengaku sebagai mahasiswa idealisnan kritis serta peduli terhadap bangsa dan negara hendaklah menurunkan apa yang kita yakini kepada junior kita. 

 

Dengan harapan merekalah yang akan mewarisi semangat mahasiswa sebagai regenerasi angkatan 98 yang sangat heroik.Untuk itu penting adanya peranandan fungsi dari OSPEK yang merupakan jembatan dan gerbang untuk mengenal dunia kampus. 

 

OSPEK bukanlah sebuah kegiatan perploncoan, melainkan sebuah kegiatan pengenalan kepada mahasiswa baru tentang bagaimana kehidupan kampus dan memperkenalkan dan menanamkan nilai bagaimana fungsi mahasiswa terhadap negara, bangsa dan masyarakat.Tentunya orientasi pemikiran dan pergerakan mahasiswa sekarang berbeda dengan dulu. Mahasiswa tak perlu lagi berjuang melawan penjajah atau menurunkan rezim tertentu, tetapi mahasiswa saat ini menjadi elemen penting dalam pembagunan bangsa.

 Sebagai sosial kontrol kepada pemerintah yang berkuasa serta sebagai agen perubahan yang memiliki inofasi serta gagasan besar dalam membangun bangsa dan negara. 

Tidak lupa fungsinya sebagai pengawal masyarakat yang merupakan tri dharma perguruan tinggi yang ke3 pengabdian kepada masyarakat. 

Kelak ilmu yang didapat sewaktu perkuliahan dapat berguna bagi masyarakat.

 

Oleh karenanya paling tidak dalam OSPEK mencakup beberapa aspek penanaman nilai kepada mahasiswa baru diantaranya :

 

  1. Kepemimpinan : Dimana penting dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam diri seseorang dalam hal ini mahasiswa yang kelak diproyeksikan akan menjadi pemimpin dimasa yang akan datang.
  2. Idealisme  : Sangat penting bagaimana mahasiswa harus memiliki idealitas yang tangguh dan tidak mudah terpengaruh terhadap berbagai hal negatif. Dimana mahasiswa harus membela apa yang dianggapnya merupakan sebuah kebenaran dan menentang apa yang dianggapnya sebuah ketidakadilan.
  3. Kritis : Mahasiswa selalu dituntut untuk menjadi pribadi yang kritis dalam menyikapi berbagai hal termasuk berbagai isu yang ada didalalam masyarakat. Kritis dalam mencari sebuah kebenaran dan kritis dalam menyikapi ketidakadilan.
  4. Kepekaan Sosial : Mahasiswa dituntut memiliki kepekaan sosial dimana mahasiswa mengemban amanah dari rakyat sebagai kaum intelektual yang diharapkan akan membawa perubahan besar terhadap bangsa dan negara dengan harapan akan menjadiakan negara ini makmur dan sejahtera. 

 

Mahasiswa memiliki kodrat hubungan yang erat dengan masyarakat sehingga diharapkan dapat berpihak kepada rakyat dan membela kepentingan rakyat sebagai mana tri dharma perguruan tinggi yang ke tiga pengabdian kepada masyarakat.

 

Setidaknya itulah yang harus ditanamkan kepada mahasiswa agar perannya sebagai agent of change, agent of social control, iron stock serta berbagai peranan lain tetap ada dalam diri mahasiswa sekarang.

 

 Harapanya semangat heroik mahasiswa terdahulu dapat terus mengalir dalam regenerasi mahasiwa dari masa ke masa sehingga mahasiswa akan terus menjadi simbol perubahan yang lebih baik. Kedepan dapat kita lihat sejarah akan teretak kembali oleh para mahasiswa dalam konteks yang berbeda bukan lagi dalam menurunkan rezim tetapi dalam sebuah prestasi untuk membangun negeri sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing.

 

 

#HIDUPMAHASISWA

 

Senin, 25 April 2016

Hakikat Ilmu


            Hari ini sudah banyak makhluk yang dikatakan manusia telah berjalan di muka bumi, mereka pun kemudian berkumpul membentuk kelompok atau komunitas, dari kelompok atau komunitas tersebut membentuk peradaban dan menjadi manusia yang beradab. Hal ini terjadi karena manusia diberikan kelebihan dari makhluk yang lainnya yaitu akal. Oleh karena itu, manusia menggunakan akalnya untuk berpikir dan menciptakan sesuatu yang akan membantunya dalam menjalani kehidupan di muka bumi.
            Peradaban manusia terdahulu tercatat dalam sejarah sudah membuat banyak ilmu pengetahuan. Pada hakikatnya ilmu pengetahuan adalah untuk membantu manusia menjawab fenomena alam, sehingga manusia dapat bertahan hidup di alam ini. Kita ketahui saat ini begitu banyak ilmu pengetahuan yang sudah kita kenal. Jika kita telisik lebih dalam mengenai ilmu pengetahuan, maka kita mengetahui ada ilmu yang melandasi berdirinya ilmu-ilmu lainnya. Ilmu yang melandasi itu adalah bahasa, matematika, logika, dan statistika.
Bahasa menjadi landasan berdirinya ilmu lain, karena ilmu selalu mendeskripsikannya dengan  menggunakan bahasa tertulis dan para ilmuwan dalam mempresentasikan ilmu pengetahuan menggunakan bahasa yang disebut bahasa verbal. Bahasa tulis bukan hanya digunakan dalam penyusunan kata-kata tetapi dalam beberapa ilmu mendeskripsikannya dengan bahasa matematika yang merupakan bahasa simbol. Penggunaan bahasa simbol terkadang digunakan pada ilmu-ilmu alam. Hal ini semua ditinjau dari sifat ilmu tersendiri yaitu tersurat dan jelas.
Logika, merupakan landasan pembangun sebuah ilmu karena logika merupakan penyusunan penalaran dari ilmu tersebut. Manusia diberikan akalnya untuk menalar objek ilmu, karena itu logika dibutuhkan untuk membentuk jalan berpikir yang dapat ditangkap oleh orang lain dengan masuk akal. Logika juga merupakan penentu untuk menilai benar atau salah suatu objek. Ada satu contoh yang dapat diberikan untuk penalaran yang benar seperti, semua jenis besi dipanaskan akan melebur,seng adalah besi, uang koin adalah besi, jadi seng dan uang koin dipanaskan, maka akan melebur. Contoh lain untuk menjelaskan penalaran yang salah seperti, Michel sedang minum air, maka Michel adalah manusia. Hal ini salah karena penarikan kesimpulannya terlalu cepat memutuskan bahwa Michel adalah manusia, terdapat kemungkinan lain bahwa michel adalah seekor hewan.  Oleh karena itu, logika menjadi dasar pembentuk ilmu karena didasari dari sifat ilmu yaitu logis.
Matematika, menjadi salah satu dasar pembangun ilmu karena dalam beberapa ilmu alam untuk menyampaikan kebenarannya menggunakan bahasa dan logika dari matematika. Matematika menjadi bahasa karena keindahan dan kesederhanaannya dalam menjelaskan kebenaran dari objek ilmu. Kali ini pasti akan timbul pertanyaan, kenapa matematika menjadi logika dalam beberapa ilmu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita kutip pernyataan J.S. Suriasumantri bahwa, ”seperti juga dengan semua faktor yang terlibat dalam kegiatan keilmuan, maka logika secara terus-menurus disempurnakan. Lambang-lambang dipergunakan dalam logika simbolis, dan logika makin lama makin bersifat matematis”[1]. Untuk memperkuat jawaban pertanyaan tersebut baiklah kita kutip pernyataan Bertrand Russell bahwa “Mereka berbeda seperti anak kecil dan orang dewasa : logika adalah masa kecil dari matematika dan matematika adalah masa dewasa dari logika”[2]. Kita juga akan menengok beberapa contoh ilmu yang menggunakan matematika sebagai bentuk penalarannya yaitu pada ilmu fisika dan kimia.
Statistika, juga termasuk dalam salah satu komponen pembangun ilmu karena ilmu dalam pengungkapan kebenarannya bersifat peluang (probabilistik). Pada pengujian ilmu dalam realitas, terdapat kemungkinan akan menemukan lebih dari satu fakta. Oleh karena itu, dibutuhkan penarikan kesimpulan dari beberapa fakta tersebut, dengan cara berpikir induktif dan hal itu dimuat dalam jalan berpikir statistika. Untuk mengetahui bagaimana cara berpikir induktif, baiklah akan diberikan sebuah contoh, kuda melahirkan, kucing melahirkan, dan anjing melahirkan, setiap yang melahirkan termasuk golongan mamalia, jadi kuda, kucing, dan anjing termasuk golongan mamalia.
Pada akhirnya ilmu-ilmu yang ada sekarang ini dibangun dari dasar ilmu bahasa, matematika, logika, dan statistika. Hal ini bukan berarti setiap ilmu, mutlak dibangun dari keempat ilmu tersebut tetapi setiap ilmu dibangun dari beberapa dasar ilmu tersebut. Setelah kita mengetahui terdapat ilmu dasar dalam membangun sebuah ilmu baru, tentunya kita tidak boleh menyelidiki sampai di sini. Terdapat hal-hal yang perlu kita ketahui lebih lanjut dari ilmu. Pertanyaan yang kita ungkapkan adalah apa sebenarnya yang menjadi latarbelakang terbentuknya ilmu? Teryata beberapa literatur mengungkap bahwa adanya tiga masalah pokok yang menjadi latarbelakang dalam pembentukan ilmu.
Tiga masalah pokok tersebut yaitu, Apakah yang ingin kita ketahui? Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? Apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita? Pertanyaan ini selalu menjadi latar belakang terbentuknya ilmu-ilmu. Bahkan kita dapat mempercayai bahwa, setiap bentuk buah pemikiran manusia dapat dikembalikan pada dasar-dasar ontologi, epistemologi, dan axiologi dari pemikiran yang bersangkutan. Pada artikel ini akan diungkapkan ontologi, epistemologi, dan axiologi yang menjadi latarbelakang sebuah ilmu.
Ontologi,  merupakan penjelasan ilmu untuk mengetahui sampai dengan hakikatnya. Penjelasan ini selalu mengungkap pertanyaan mengenai Apakah yang ingin diketahui? Atau apakah yang menjadi bidang telaah ilmu? Untuk mengetahui yang menjadi objek telaah ilmu yaitu merupakan dunia empiris. Penjelasan mengenai dunia empiris sebagai objek telaah ilmu adalah keterikatan suatu benda terhadap ruang dan waktu. Pada ilmu yang mempelajari sifat manusia tentunya diamati dengan cara melihat tindakan dari manusia sehari-harinya, sehingga diperoleh data mengenai sifat manusia tersebut. Pada penalaahan objeknya, manusia dibantu dengan panca indera dan alat yang dikembangkannya untuk menelaah objek ilmu.
Secara lebih terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai objek empiris :
1.     Objek-objek tertentu memiliki keserupaan satu sama lain.
Keserupaan tersebut umpamanya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Berdasarkan ini maka kita dapat mengelompokkan beberapa objek yang serupa ke dalam satu golongan. Klasifikasi merupakan pendekatan keilmuan yang pertama terhadap objek-objek yang ditelaahnya dan taxonomi merupakan cabang keilmuan yang mula-mula sekali dikembangkan.
2.     Anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek dalam suatu keadaan tertentu. Objek keilmuan selalu terikat ruang dan waktu maka akan mengalami perubahan pada waktu tertentu. Kegiatan keilmuan jelas tidak mungkin dilakukan bila objek selalu berubah-ubah tiap waktu. Hal itu disebabkan keterbatasan panca indera manusia. Oleh karena itu, tidak mungkin kita menuntut adanya kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu.
3.     Determinisme.
Kita menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urut-urutan kejadian yang sama.  Determinisme dalam pengertian ilmu di sini mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistik). Statistika merupakan metode yang menyatakan hubungan probabilistik antara gejala-gejala dalam penelaahan keilmuan. Sesuai dengan peranannya dala kegiatan ilmu, maka dasar statistika adalah teori peluang. Pada determinisme ini yang dimaksud adalah bahwa kejadian yang satu berpotensi mempengaruhi kejadian yang lain.
Epistemologi, merupakan segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. proses dalam keilmuan menggunakan suatu cara yang disebut metode keilmuan. Metode keilmuan ini merupakan perpaduan dari dua pola keilmuan yang ada di masa terdahulu untuk memperoleh pengetahuan yang disebut benar. Pola yang pertama adalah memakai metode kaum rasional yang selalu mengedepankan ide daripada menggunakan panca indera. Tetapi pada perjalanannya kaum rasional mengalai kesulitan untuk melakukan konsensus mengenai suatu yang benar. Oleh karena itu, setiap individu memiliki kebenarannya masing-masing dan hal ini sulit dijawab kaum rasional.
          Pola yang kedua adalah memakai metode kaum empiris yang selalu mengedepankan penglihatan objek menggunakan pancaindera. Pancaindera menjadi hal utama bagi kaum empiris untuk mengungkap kebenaran fakta dan menapikkan dunia ide. Penggunaan pola ini harus disadari bahwa panca indera kita terbatas dalam menelaah objek. Salah satu contoh, untuk melihat apa yang berada di luar angkasa ataupun benda yang sangat kecil seperti mikroba ternyata mata manusia tidak dapat melihatnya. Oleh karena itu, kaum empiris menyadari bahwa pancaindera memiliki keterbatasan dalam mengungkap sesuatu.
            Disadari bahwa keduanya mempunyai kekurangan dalam menyatakan kebenaran, maka pola kedua kaum tersebut dipadukan sehingga menciptakan metode keilmuan. Pada metode ini secara sederhana memiliki sistematika dala melakukan penalaahan objek yaitu, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, deduksi dari hipotesis, dan pengujian. Berikut akan diberikan sebuah skema kegiatan keilmuan sebagai sebuah proses.
Kegiatan Keilmuan Sebagai Sebuah Proses
 
Axiologi, selalu mengungkapkan pertanyaan Apakah kegunaan ilmu bagi kita? Mari kita menjawab pertanyaan ilmu tersebut dengan menyadari, bahwa ilmu telah banyak mengubah kehidupan. Mulai dari memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang duka menjadi beberapa fakta dari kegunaan ilmu. Membangun peradaban manusia juga disebabkan penggunaan ilmu. Kita harus ketahui bahwa ilmu bersifat netral, ilmu memiliki keterpihakan dalam penggunaannya karena manusia telah menggunakannya. Ilmu akan menjadi berbahaya jika tidak digunakan untuk kebaikan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, seorang ilmuwan haruslah bersikap netral dan mempunyai landasan moral, karena tanpa landasan moral yang kuat seorang ilmuwan akan lebih menyerupai seorang tokoh seperti frankenstein yang menciptakan momok kemanusiaan yang merupakan kutuk.
            Kita telah sampai pada akhir penulisan artikel ini yang mencoba menjelaskan beberapa ilmu dasar dalam membangun sebuah ilmu baru dan penjelasan masalah-masalah yang selalu muncul untuk membuat ilmu murni atau terapan. Masih banyak penjelasan yang belum diungkap di artikel ini, jadi banyak sisi-sisi lain dari ilmu pengetahuan yang harus diketahui. Selayaknya manusia adalah selalu berpikir untuk mengkritisi sesuatu objek dan memberikan saran, sehingga kekurangan yang terdapat dalam setiap pengetahuan dan ilmu yang telah sampai kepadanya dapat diperbaiki dan akan menjadi benar pada waktunya. Semoga pembuatan artikel ini dapat bermanfaat bagi kita sesama manusia.
Referensi :
Suriasumantri, J.S. Ilmu dalam perspektif. 2009. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.


[1] Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2009), p. 22.
[2] Bertrand Russell, On the Pilosophy of Science (New York, The Bobbs-Merrill,1965), p.13.

BUKU KONTEMPLASI

KONTEMPLASI BUKU KARYA ANAN ABDUL AZIS Kontemplasi bukan sekedar buku, ia adalah peta batin yang retak. Kumpulan luka, rindu, dan pertanyaa...